Burung
Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur.
Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang / kecil,
dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat
kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung
walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup
lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langitlangit untuk
menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.
Sentra
Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan
Jawa Tengah
Klasifikasi
burung walet adalah sebagai berikut:
Superorder : Apomorphae
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Tribes : Collacaliini
Genera : Collacalia
Species : Collacaliafuciphaga
Hasil
dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva).
Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi
duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam,
melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.
Persyaratan
lingkungan lokasi kandang adalah:
1)
Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2) Daerah
yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
3) Daerah
yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4)
Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa
merupakan daerah yang paling tepat.
Penyiapan
Sarana dan Peralatan
1) Suhu,
Kelembaban dan Penerangan
Gedung
untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan
penerangan
yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar
antara
24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.
Pengaturan
kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
a. Melapisi plafon dengan sekam
setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air
atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari
pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm.
d. Menutup rapat pintu, jendela
dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk
diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam
sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi
walet.
2) Bentuk
dan Konstruksi Gedung
Umumnya,
rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi dari 10x15 m2 sampai
10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara
wuwungan dan plafon, makin baik rumah wallet dan lebih disukai burung walet.
Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi. Tembok gedung dibuat dari
dinding berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen. Bagian dalam
tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan
perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban
udara. Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari.
Kerangka
atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayukayu yang kuat,
tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Atapnya terbuat dari
genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat
berputarputar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan
bersarang.
Lubang
tempat keluar masuk burung berukuran 20x20 atau 20x35 cm2 dibuat di
bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung.
Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat
hitam.
Pembibitan
Umumnya
para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja. Banyaknya burung
walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para peternak tersebut.
Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah menyiapkan tape
recorder yang berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan
jerami yang menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung
walet.
1)
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Sebagai
induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam
gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk dalam gedung baru
tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari wuara walet atau sriti.
Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali
mencari makan.
2)
Perawatan Bibit dan Calon Induk
Di dalam
usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan pada sarang
burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung wallet yang sedang
melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet
membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur wallet diambil dan dibuang
kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat
dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung wallet dengan menetaskannya di
dalam sarang sriti.
a. Memilih Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3
macam warna, yaitu :
- Merah muda, telur yang baru
keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
- Putih kemerahan, berumur 6–10
hari.
- Putih pekat kehitaman,
mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet berbentuk bulat
panjang, ukuran 2,014x1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri telur yang baik
harus kelihatan segar dan tidak boleh menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur
tetas yang baik mempunyai kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak
bergeser dari tempatnya. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak
bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas
dilakukan dengan peneropongan.
b. Membawa Telur Walet
Telur yang didapat dari tempat
yang jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih muda atau setengah tua.
Sedangkan telur dari jarak jauh, sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati
menetas. Telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan
ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup. Guncangan kendaraan dan
AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki
angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.
3)
Penetasan Telur Walet
a. Cara menetaskan telur walet
pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung sriti
tiba, telur sriti diganti dengan telur walet. Pengambilan telur harus dengan
sendok plastik atau kertas tissue untuk menghindari kerusakan dan pencemaran
telur yang dapat menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian
telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya
telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas
akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan.
b. Menetaskan telur walet pada
mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan
kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan
menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan
agar air didalam cawan tersebut tidak habis.
Telur-telur dimasukan ke dalam
rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih. Dua kali sehari
posisi telur-telur dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio.
Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang
embrionya mati dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah
telur terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya hidup
akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan
sampai hari ke-12. Selama
penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan
pembalikan atau mengisi cawan
pengatur kelembaban. Setelah 13–15 hari telur akan menetas.
Pemeliharaan
1)
Perawatan Ternak
Anak
burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak walet yang
belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar) tiga
kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang
stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah
itu, temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang
udara mesin. Setelah berumur ± 10 hari
saat bulu-bulu sudah tumbuh anak wallet dipindahkan ke dalam kotak khusus.
Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok
kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa ke
gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak
minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan dapat terbang
pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang wallet dewasa.
2) Sumber
Pakan
Burung
walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri. Makanannya adalah
serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan
pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah
walet harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa
cara untuk mengasilkan serangga adalah:
a. menanam tanaman dengan tumpang
sari.
b. budidaya serangga yaitu kutu
gaplek dan nyamuk.
c. membuat kolam dipekarangan
rumah walet.
d. menumpuk buah-buah busuk di
pekarangan rumah.
3)
Pemeliharaan Kandang
Apabila
gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di lantai harus
dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung dan
disimpan di gedung.
HAMA DAN
PENYAKIT
1) Tikus
Hama ini
memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus mendatangkan suara
gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu yang tidak
nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun
barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut api
dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung walet yang sedang
bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di
luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
3) Kecoa
Binatang
ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna.
Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan
membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak
dan Tokek
Binatang
ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung walet.
Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu
ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan
penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang,
tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak
digunakan ditutup.
PANEN
Sarang
burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan
untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar
hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang wallet yang baik. Jika terjadi
kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu
sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui
teknik atau pola dan waktu pemanenan. Pola panen sarang burung dapat dilakukan
oleh pengelola gedung wallet dengan beberapa cara, yaitu:
1) Panen
rampasan
Cara ini
dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet
itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu
panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung
pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung
walrt karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus
menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya
pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu
mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
2) Panen
Buang Telur
Cara ini
dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur
diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan
yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang
dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak
ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
3) Panen
Penetasan
Pada pola
ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang.
Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari
oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang
biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun
waktu panen adalah:
a) Panen
4 kali setahun
Panen ini
dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah padat
populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen
rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.
b) Panen
3 kali setahun
Frekuensi
panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih
memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen
pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
c) Panen
2 kali setahun
Cara
panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak
populasi burung walet.
PASCAPANEN
Setelah
hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari
hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotorankotoran yang menempel
yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang
kotor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar